Halo! Hari ini saya mau cerita pengalaman saya pada Asean Literary Festival (ALF) 2015.
Festival yang diadakan dari taggal 15-22 Maret ini merupakan rangkaian roadshow
ke taman, perpustakaan, dan universitas, sebelum puncaknya di Taman Ismail
Marzuki. Tahun lalu saya datang sebagai penonton, tapi tahun ini saya menjadi
salah satu sukarelawan. Tahun depan? Saya jadi speaker, dong! -> abaikan
Festival dibuka dengan pembacaan puisi dan musikalisasi
puisi di Taman Menteng. Ada cukup banyak tokoh yang datang, beberapa di
antaranya Bernard Batubara, Saras Dewi, dan tentunya co-founder festival ini Okky Madasari. Pembukaan dengan judul Poetry in the Park itu berhasil berjalan
cukup lancar meski sebelumnya hujan deras di Taman Menteng. Acara pun
dilangsungkan di rumah kaca dan ditutup dengan… meletuskan balon yang
seharusnya diterbangkan haha. Penampilan puisi yang paling saya ingat mungkin
dari Sastra Kalimalang. Totalitas penuh dengan buka-buka baju. (it’s a guy, in case you’re curious)
Setelah pembukaan yang diwarnai hujan, Senin sampai Rabu
diisi dengan roadshow ke perpustakaan dan universitas. Akhirnya sampai juga di
hari Kamis, yang merupakan Opening Night dari ALF 2015! Saya sebagai Liaison Officer berlaku sebagai penerima
tamu pada Malam Pembukaan. Yang paling saya ingat dari tamu yang hadir sih
ketika Menteri Luar Negeri Retno Marsudi datang dengan mobil yang berhenti tepat di pintu
gerbang teater kecil TIM. Huge impression is understatement. ;) Setelah makan malam dan ramah tamah, gerbang teater kecil dibuka pada
pukul 8 malam.
Ananda Sukarlan dan Nikodemus Lukas |
Acara dimulai dengan tarian Poetry in Motion karya Nabilla Rasul. Saya ingat pernah menonton
karyanya yang lain yang pernah dipentaskan di GoetheHaus. Sama indah dengan
sebelumnya. Kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh Krisna
Pabichara dan Binar Mentari, lalu kuliah umum dari aktivis HAM asal Myanmar, Ma
Thida. Permainan piano Ananda Sukarlan dan nyanyian Nikodemus Lukas sulit
dilupakan, pastinya. Jari-jemari Ananda Sukarlan bagai menari di atas piano,
dan saya tanpa sadar membandingkannya dengan tokoh Nodame dari Nodame Cantabile hehe.
Puncak acara diisi oleh Signmark. Signmark adalah rapper
tuli asal Finlandia. Penampilannya sangat unik! You can actually feel his
passion for music despite of his inability to hear. Klik di sini untuk melihat penampilan Signmark di Youtube.
Signmark sebagai penutup opening night! |
Jumat, Sabtu, dan Minggu diisi dengan diskusi dan workshop. Stand-stand juga banyak
mengisi halaman TIM. Bagi pencinta diskon disediakan bazaar buku murah dari
Gramedia. Ada juga stand-stand penerbit Serambi dan GagasMedia, NulisBuku,
jurnal Lontar, Sobat Budaya, Frankfurt Book Fest, serta Korean Cultural Center. Sayang saya tidak sempat memotret
semua stand tersebut. Bagi yang mau makan, ada Food Bazaar juga yang menjual
makanan-makanan khas Indonesia.
Booth Korean Cultural Center yang sempat difoto. Maaf saya biased haha. |
Diskusi Book Industry in Asean Countries di teater kecil |
Hari Sabtu, saya datang ke diskusi Literature and Media serta Book
Industry in Asean Countries. Alasan utama sih karena speakers saya mengisi diskusi tersebut haha, tapi ada banyak poin
menarik di diskusi terutama tentang censorship
dan apakah bisa kita menulis dalam Bahasa Inggris untuk diterbitkan bukunya
di Indonesia? (the answer is you
shouldn’t, unless you self-publish it or publish it in Singapore) Saya juga
sempat nonton diskusi dengan Clara Ng tentang children literature. Sempat foto
bareng juga di akhir -> MISSION ACCOMPLISHED.
Di hari Sabtu juga saya sempat nonton penampilan dari Korean
Cultural Center. Mereka mempersembahkan tarian K-Pop dan tradisional, juga
kaligrafi dengan kuas raksasa. Saya dan beberapa sukarelawan lain yang juga
fans K-Pop sih senang banget lihat penampilan cover dance tari K-Pop haha. Mungkin foto yang paling banyak saya
ambil di festival ini pas tari K-Pop -> GUILTY. Sayang mereka menampilkan
VIXX “Error” bukan GOT7 le crying.
the traditional dance! |
VIXX "Error". They did a good job covering the dance I think. :) |
I La Galigo |
Hari Minggu, ada diskusi Literatures
and the Fight for Equality and Justice yang saya tunggu-tunggu. Salah satu speaker, Ms. Lobna Ismail, membicarakan tentang
usaha mencapai persamaan gender di Mesir. Karena topik skripsi saya
mirip-mirip, saya senang bisa belajar banyak dari diskusi tersebut. Malamnya
merupakan penutupan dari rangkaian acara ALF 2015. Penampilan I La Galigo
dengan Khrisna Pabichara sangat berkesan tentunya (brb follow his twitter). Pembacaan puisi oleh Pak Zawawi Imron juga
meninggalkan impresi kuat. Rasanya seperti melihat stand-up comedy ketika beliau di atas panggung hehe. Beliau hanya
sendiri, tapi keberadannya sangat kuat! Ada juga penampilan dari Malam Puisi
Jakarta, Joko Pinurbo, dan Nov yang menutup malam dengan indah.
Zawawi Imron. Simply speechless. |
Malam Puisi Jakarta. Great poems! |
Nov. Lovely songs! |
The lovely books! |
And… that’s a wrap for
my Asean Literary Festival 2015 adventure! Saya tidak sempat lihat-lihat
bazaar Gramedia waktu acara, tapi sempat ke booth Serambi untuk membeli buku Katak dalam Tempurung karya Josephine
Chia. Saya ketemu Ms. Chia sebagai salah satu speaker di ALF 2015, and
she’s one of the sweetest person I’ve met. :) Link Goodreads untuk Katak dalam Tempurung. Salah satu speaker lain juga memberi saya buku Open the Window, Eyes Closed karya
Nguyen Ngoc Thuan. Saya penasaran dengan buku ini karena katanya ini adalah A Little Prince-nya Vietnam! Looking forward to read this.
Workshop Starting Your Own Unique and Attractive Library and Bookstore |
Tahun depan juga akan ada Asean Literary Festival, jadi yang tidak datang tahun ini bisa
datang tahun depan, ya! Akan ada banyak diskusi dan workshop lagi. Bisa juga daftar jadi sukarelawan seperti saya yang
kemungkinan dibuka bulan Februari lagi. Semua diskusi gratis, hanya workshop
yang harus bayar. Saya sendiri datang ke workshop Starting Your Own Unique and Attractive Library and Bookstore kemarin
dengan Shintaro Uchinuma. Lumayan menarik sih, tapi diskusi yang gratis juga
menarik kok hehe. You can follow ALF's Twitter here.
Terima kasih sudah membaca sampai sini! See you at the next ALF! Saya mungkin jadi penonton saya ya tahun
depan haha. Lebih banyak waktu untuk nonton diskusi tanpa harus ngejar-ngejar speakers! :P