Pengarang: Monica Petra
Tanggal Terbit: 2008
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Goodreads
Dari Goodreads:
Gadis sebenarnya malu pacaran dengan Reno, karena cowok itu jadul dan malu-maluin banget. Bayangin, kesukaan Reno adalah baca buku dan ikut perlombaan ilmiah. Setiap hari cowok itu mengantar Gadis ke sekolah naik sepeda mini!
Saat muncul Yustian yang keren dan tajir, hati Gadis terbelah dua. Anak basket vs. kutu buku, gimana nih? Apalagi Yustian bisa mengantar-jemput Gadis naik mobil, sementara sepeda mini Reno hanya berganti dengan vespa tua.
Akhirnya, meskipun merasa bersalah, Gadis memilih Yustian. Tapi apakah cinta Reno pupus begitu saja?
Well... if you survive the emotional trainwreck presented in this story, you may learn one of two things. Misalnya, jika kamu sudah punya pacar yang baik hati dan rela menerima kekurangan kamu, ingatlah bahwa dia adalah satu di antara sejuta. Jaga si pacar baik-baik. Kalau kamu bosan kencan yang gitu-gitu aja, ajak dong dia ikutan bungee jumping atau snorkeling! Dan jika kamu didekati cowok lain yang lebih bling-bling, renungkan apa yang kamu cari. Kasih sayang? Popularitas? Drama?
Monica Petra dengan luwes mengajak pembacanya masuk ke dalam isi kepala Gadis, seorang anak SMA yang mengalami dilema cinta segitiga. Jangan bayangkan serial vampir dan manusia serigala, karena yang ditawarkan buku ini adalah dua cowok biasa yang bertolak belakang.
*SPOILER ALERT! RANT AHEAD!*
Naik ke kelas tiga SMA, Gadis akhirnya memiliki pacar pertama. Namanya Reno, cowok tetangga yang sering berkunjung ke taman baca kecil milik keluarganya. Namun, Gadis malah galau. Bukan galau karena belajar untuk persiapan ujian masuk universitas, tetapi galau karena urusan asmara.
Usut punya usut, Gadis menilai Reno terlalu culun untuk dipekernalkan sebagai pacar. Setelah resmi berpacaran, Gadis baru menyadari bahwa gaya Reno yang old-school tidak sesuai dengan lingkungan teman-temannya yang 'kekinian'. Apalagi pilihan kendaraan Reno adalah vespa butut atau sepeda mini. Anak SMA gaul mana yang sudi dibonceng naik sepeda mini?
Gadis juga merasa acara kencan mereka berdua nggak keren. Akibat terbentur kondisi dompet yang pas-pasan, lokasi kencan mereka nggak jauh-jauh dari berduaan di rumah Gadis atau di warteg. Huh, mana seru!
Makanya, kalau Gadis ditanya apakah punya pacar, dia lebih memilih bungkam.
Saat muncul cowok keren bernama Yustian yang menawarkan tumpangan ke sekolah, Gadis pun langsung menerima dengan sukacita. Mobil Yustian jauh lebih nyaman dan membanggakan daripada berdesakan di angkot atau naik sepeda mini Reno.
Toh, Reno juga nggak pernah protes. Reno memang pacar yang saaaaangat pengertian. Cowok itu selalu berlapang dada. Baginya, selama bibir Gadis masih mengatakan "Aku sayang kamu", nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Mau ada lima Yustian juga, Reno tetep pede. Janji yang dibatalkan sepihak? Relax. Pergi berduaan dengan teman tanpa kabar? No problem. Pesta ulang tahun melupakan pacar? It's okay. Diancam cowok lain yang suka Gadis? Tenang aja....
Halllooo... Reno! Reality check, please.
Reno lupa kalau perasaan bisa berubah. Hujan perhatian kecil yang diberikan Yustian mampu menandingi limpahan kasih sayang Reno. Malam demi malam, pemuda yang menyelusup di mimpi Gadis adalah Yustian, bukan Reno yang berstatus pacar.
To be fair, Gadis sempat berusaha menjadi pacar yang baik, dia rela menjual ponselnya demi membantu keluarga Reno. Gadis juga sempat menjauhi Yustian. Dia bahkan mengupayakan pulang sebelum jam lima sore agar bisa menjaga tradisi kencan hariannya dengan Reno. Gadis juga berulang kali mengingatkan diri untuk menjalani kewajiban sebagai pacar yang berhati lurus. Namun, apa daya dia tidak kuat menolak godaan kencan bareng Yustian dan geng populer.
Mengenai karakter, untuk Gadis sudah diputuskan bahwa dia adalah simbol cewek cantik yang senantiasa bimbang dan mudah dipengaruhi. Apakah karena dia masih SMA lalu dia galau terus-menerus? Hanya penulisnya yang tahu.
Sedangkan untuk karakter Reno, cowok ini sukses membuat saya berteriak frustasi. Saya tidak yakin apakah Reno adalah cowok terlalu baik atau terlalu bego. Pasrah banget sikapnya. Meskipun saya salut atas sikap Reno yang mau berjuang demi keluarga, cowok ini jelas-jelas kebablasan berkorban untuk masalah cinta. Please, ada garis batas antara terlalu baik dan terlalu bego.
Nah, hal yang paling membingungkan adalah perkembangan karakter Yustian. Awalnya sih karakter ini dapat dimaklumi sebagai cowok populer yang biasa mendapatkan apa yang dia mau. Ganteng, kaya, dan charming... cewek SMA mana yang tidak terpikat? Sayangnya, karakter Yustian di penghujung cerita malah bikin ilfeel, perubahannya terlalu mendadak. Perkiraan saya sih, perubahan karakter ini untuk mendorong Gadis (akhirnya) mengambil keputusan.
2 butterflies!
The verdict? Dua kupu-kupu untuk drama cinta segitiga SMA yang sederhana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
We love reading comments from our readers, so please leave us your thoughts! Kami akan selalu membalas komentar kamu di blog ini dan juga mengunjungi balik blog kamu. :)