Minggu, 08 Februari 2015

Review Buku: The Dusty Sneakers oleh Teddy W. Kusuma dan Maesy Ang

Judul: The Dusty Sneakers
Pengarang: Teddy W. Kusuma dan Maesy Ang
Penerbit: Noura Books
Tanggal Terbit: Agustus 2014
Goodreads


Dari Goodreads:
Sore itu, saat Jakarta baru saja hujan, koper-koper besar telah terisi penuh. Sahabat saya itu benar-benar telah siap berangkat. Perasaan kami menjadi sedikit melankolis. Tentu kami bergembira akan keberangkatannya ke Eropa, tetapi perpisahan untuk waktu yang lama membuat kami bersedih juga.

“Surel dariku akan menghujanimu!”
“Kita akan berkontak lewat Skype!”
“Aku akan menyusulmu ke sana!”
“Tentu saja kau akan menyusulku, tinggal naik Kopaja!”
Kami pun terkikik-kikik.

“Tuliskanlah untukku kisah-kisah perjalananmu di sana. Ceritakanlah tentang bunga tulip, tentang jalan yang dilalui Jesse dan Celine di film Before Sunset, atau tentang rumah para vampire di Rumania,” pinta saya.

“Tuliskanlah juga kepadaku kisah-kisah petualanganmu. Tentang senja-senja terbaik yang kau lihat, juga tentang kawanmu yang ganjil itu, si Arip Syaman,” pintanya.

The Dusty Sneakers pun dimulai. Lewat kata, Gypsytoes dan Twosocks berusaha memaknai setiap perjalanan, dan tentu saja, menjembatani jarak yang jauh di antara mereka.

Catatan dari Paris yang bercahaya menyapa renungan di titik nol di Merauke. Pekat malam puncak Merapi larut bersama sudut misterius Kota Praha. Siprus yang berwarna biru mengisi wajah Bali yang murung sebelah. Ini adalah kisah-kisah si gadis petualang kutu buku dan si pemuda melankolis yang terkadang jenaka. Kisah yang menggantikan bincang-bincang mereka di antara bercangkir-cangkir teh dan kopi, kisah kawan di ujung sana.





Pertama kali saya mendengar tentang The Dusty Sneakers, saya sedang menguntit Twitter Noura Books. Ada pemberitahuan tentang event yang diadakan di POST, toko mungil milik pasangan penulis buku ini. Saya pun memutuskan harus ke POST dan melihat sudut kreatif yang mereka buat di Pasar Santa. Mungkin membeli The Dusty Sneakers selagi berkunjung. Tapi ketika bertemu mereka, jujur saya kehilangan setengah otak saya. Apa yang harus saya katakan? HAI-AKU-NGEFANS-BLOG-KALIAN-BOLEH-BELI-BUKUNYA-ENGGAK. Oke. Bukan respons yang kedengaran intelek sedikitpun. Saya pun pulang… setelah membeli buku Alice in Wonderland dan Kisah Masa Kecil Roald Dahl. Target membeli buku The Dusty Sneakers gagal semata-mata terlalu kikuk untuk mengambilnya.

Untungnya kakak tercinta Farisa membeli buku ini kemudian sehingga saya bisa membacanya. The Dusty Sneakers berkisah tentang perjalanan-perjalanan dua sahabat yang terpisah. Gypsytoes di Belanda dan Twosocks di Indonesia. Kisah-kisah Gypsytoes menceritakan pertemuannya dengan orang-orang baru, tempat-tempat yang tak pernah ia sangka akan ia kunjungi, dan memaknai baru arti perjalanan. Di lain sisi, kisah-kisah Twosocks mengajak kita melihat Indonesia dari sisi lain, membawa kita berkenalan dengan teman-teman lamanya, dan mempertanyai apa yang bisa kita lakukan untuk negeri ini.

Kalau diandaikan, kisah Gypsytoes bagaikan menari bertelanjang kaki di alun-alun kota dan Twosocks bagaikan pemain musik yang mengiringinya. Kedua cerita menambah kesenangan membaca. Saya senang karena tidak ada kesan menggurui dalam penceritaannya. Terkadang gaya penceritaan Twosocks mengingatkan saya kepada Andrea Hirata. Yang paling saya ingat dari kisah Gypsytoes adalah perjalanannya ke India dan kalimatnya bahwa yang paling penting dari perjalanan adalah teman perjalananmu. Dalam perjalanan, bahkan sahabat terbaik pun pasti dapat bertengkar. Saya sendiri dari pengalaman pribadi telah mengalaminya berkali-kali: how traveling can bring the best and the worst of us.

Akhir kata, saya merekomendasikan The Dusty Sneakers untuk para di luar sana. Buku yang lebih mirip jurnal kedua sahabat ini ditulis dengan apik dan terasa jelas dari hati. Sayang sekali tidak ada foto disertakan dalam kisah-kisah mereka sehingga pembaca terpaksa cukup puas membayangkan tempat-tempat yang mereka kunjungi. Buku ini sendiri cukup tipis dan saya yakin dapat diselesaikan dalam satu kali duduk. Saya yakin setelah membaca The Dusty Sneakers, perasaan berpetualang kamu akan semakin sulit dibendung!





 

4 butterflies!
 Kisah yang asyik untuk menghabiskan sore (sambil minum teh atau kopi!).


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...