Kamis, 27 Juni 2013

Review Buku: Empress Orchid oleh Anchee Min

Judul: Empress Orchid
Pengarang: Anchee Min
Tanggal Terbit: 2008
Penerbit: Hikmah (Penerbit Mizan)
Goodreads

Ringkasan dari Goodreads:
Drama Cinta dan Kekuasaan Selir Muda Kaisar Hsien Feng

Pada sebuah senja di Kota Terlarang, terukir kisah seorang selir muda yang di kemudian hari menjadi kaisar wanita terakhir di China dan tercatat dalam sejarah sebagai perempuan yang paling lama berkuasa di sana. Inilah epik menawan tentang Tzu Hsi yang cantik, dipanggil Anggrek, seorang gadis desa yang mencari kekuasaan lewat rayuan, pembunuhan, dan intrik-intrik politik.

Ketika China terancam oleh musuh dari luar, tampaknya hanya dia yang mampu menyatukan negeri tersebut. Seorang perempuan yang berhasil bertahan dan akhirnya mendominasi... dunia laki-laki.




 Drama cinta dan kekuasaan selir muda Kaisar Hsien Feng... Indah, menawan, dan penuh intrik.

Tzu Hsi Yehonala, atau yang dalam bahasa Cina berarti anggrek adalah seorang Maharani, terlebih dia kaisar wanita yang paling lama berkuasa di Cina. Tapi Anggrek tidak mencapai posisi itu dengan mudah. Dia yang dulu hanyalah gadis desa, berhasil mendapatkan kekuasaan lewat rayuan, intrik politik, dan kecerdasan luar biasa.

Anggrek dulu hanyalah gadis berumur 17 tahun dari klan Yehonala, salah satu klan penguasa Manchu di Cina. Ditinggal mati ayahnya seorang mantan gubernur miskin, Anggrek dan keluarganya harus mencari cara untuk hidup di tengah kerasnya dunia. Sebagai anak sulung, Anggrek akan melakukan segala cara untuk melindungi keluarganya, termasuk menikahi sepupunya yang terbelakang. Nasib baik melindunginya, karena sebelum pernikahannya, ada pemberitahuan dari istana bahwa Kaisar Hsien Feng sedang mencari istri. Merasa dirinya memenuhi syarat, Anggrek pun mengumpulkan keberaniannya dan menghadap Kantor Pemerintah. Beruntung, dia diloloskan dan menjalani pemeriksaan ketat untuk menjadi istri. Para kasim dan dayang meloloskan dirinya, dan beberapa bulan kemudian, bersama dua ratus orang gadis Manchu lainnya, Anggrek pun berangkat ke istana.

Dalam pertemuannya dengan Kaisar Hsien Feng, Anggrek membuat sang Kaisar tertarik dengan kegugupan dan senyum rahasianya. Kaisar pun dengan ringan meloloskan dirinya sebagai salah satu dari tujuh istri resmi Kaisar. Anggrek sulit mempercayai dirinya sendiri ketika dia akhirnya menjadi Selir tingkat keempat Kaisar. Membawa gairah dan harapan, Anggrek berambisi menjadi selir kesayangan Kaisar. Tapi malang baginya, ternyata Kaisar telah melupakannya. Anggrek kini hanyalah salah satu dari 3000 Selir Istana. Pantang menyerah dan dengan dukungan kasim setianya An-te-hai, Anggrek akhirnya berhasil memikat Kaisar dan menjadi selir kesayangannya.

Hidup di Kota Terlarang bagaikan peperangan dalam merebut perhatian Kaisar, satu-satunya lelaki dari 3000 wanita di sana. Berkali-kali Anggrek berusaha dijebak karena kecemburuan para wanita, terutama Nuharoo sang Permaisuri. Dalam pertahanannya, diam-diam tiap malam Anggrek belajar dari Kaisar tentang politik ketika Kaisar menceritakan traktrat-traktat Cina dengan bangsa asing. Politik adalah dunia yang dianggap tabu bagi wanita, tapi Anggrek dengan kecerdasannya berhasil menutupi kepandaiannya hingga saatnya muncul.

Kaisar Hsien Feng adalah Kaisar yang lemah, yang tergantung pada Su Shun penasihat utamanya. Tak jarang dia membuat Anggrek frustasi dengan kesombongannya, ketidaksensitifannya, dan kepengecutannya. Saat Anggrek sedang hamil tua, dia bersenang-senang dengan para gadis Cina dan menelatarkan Anggrek. Perhatiannya baru kembali ketika Anggrek melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Tung Chih. Tapi kebahagiaan Anggrek akan perhatian Kaisar yang kembali tidak bertahan lama. Kaisar Hsien Feng akhirnya meninggal dunia pada umurnya yang begitu muda karena penyakit dan stress, tiga puluh tahun, meninggalkan permaisuri dan selir-selirnya.

Gigih mengajari anaknya Tung Chih sang Kaisar Muda agar tidak mengikuti jejak ayahnya, Anggrek menerima perlakuan dingin dan pemberontakan dari sang Kaisar Muda. Tung Chih malah akrab dengan Nuharoo, membuat Anggrek merasa cemburu dan semakin kesepian. Anggrek di tengah penderitaannya bertemu Yung Lu, bawahan Su Shun yang pandai, tampan, dan setia padanya. Tapi Anggrek harus melawan kebutuhannya akan keintiman, karena statusnya sebagai janda Kaisar tidak mengizinkannya memiliki hubungan apapun dengan lelaki.

Anggrek mendapatkan segalanya, tetapi juga kehilangan segalanya. Harga dari keberhasilannya bertahan adalah sederetan pengorbanan pribadi serta penderitaan. Kesepian yang mendalam adalah harga yang harus ditanggungnya sebagai seorang Maharani. Anggrek adalah perempuan yang berhasil berhasil bertahan dan akhirnya mendominasi... dunia laki-laki.

Mengapa mataku gagal menemukan kesenangan di ruangan yang penuh dengan harta benda ini? Pelayan-pelayan mendaniku dengan jubah-jubah cantik. Aku berjalan ke meja rias, dan melihat kecantikan tiada tara. Aku berputar mengamati perlengkan kamar, panel-panel mozaiknya yang penuh dengan batu mulia dan hasil panen yang berlimpah. Hatiku menjerit : Apa lagi yang masih, bisa, dan berani kau inginkan, Anggrek? 






 4 butterflies!
Highly recommended! Sangat emosional dengan tokoh utama yang luar biasa.



Review Buku: Gadis Kretek oleh Ratih Kumala

Judul: Gadis Kretek
Pengarang: Ratih Kumala
Tanggal terbit: 23 Februari 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Goodreads

Ringkasan dari cover buku:
Pak Raja sekarat. Dalam menanti ajal, ia memanggil satu nama perempuan yang bukan istrinya; Jeng Yah. Tiga anaknya, pewaris Kretek Djagad Raja, dimakan gundah. Sang Ibu pun terbakar cemburu terlebih karena permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah. Maka berpacu dengan malaikat maut, Lebas, Karim, dan Tegar, pergi ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah, sebelum ajal menjemput sang Ayah.

Perjalanan itu bagai napak tilas bisnis dan rahasia keluarga. Lebas, Karim dan Tegar bertemu dengan buruh bathil (pelinting) tua dan menguak asal-usul Kretek Djagad Raja hingga menjadi kretek nomor 1 di Indonesia. Lebih dari itu, ketiganya juga mengetahui kisah cinta ayah mereka dengan Jeng Yah, yang ternyata adalah pemilik Kretek Gadis, kretek lokal Kota M yang terkenal pada zamannya.

Apakah Lebas, Karim dan Tegar akhirnya berhasil menemukan Jeng Yah?



"Kaya akan wangi tembakau. Sarat dengan aroma cinta"

Kalimat yang tertera di sinopsis buku ini pas banget, karena inti kisahnya memang dua hal tersebut: kretek dan cinta. Dimulai dari persaingan generasi pertama merebut hati gadis pujaan di era kemerdekaan, berlanjut pada kisah cinta generasi kedua antara Dasiyah dan Soeraja di era kekacauan G30S PKI, dan akhirnya cerita ditutup di generasi ketiga pada era demokrasi saat para cucu mencari tahu masa lalu Romo dan Eyang mereka.

Dan perekat kisah ketiga generasi tersebut adalah kretek, jantung penggerak perekonomian Kota M. Inilah yang membuat buku ini asyik dibaca: bukan cinta melulu. Ketiga generasi tersebut memiliki benang merah. Keputusan yang diambil generasi pertama bisa jadi merupakan cikal bakal masalah yang dihadapi generasi ketiga.

Cerita Gadis Kretek dituturkan dari berbagai sudut pandang. Bab pertama adalah sudut pandang tokoh Lebas, salah seorang cucu Romo, sebagai "aku" dan kemudian di bab-bab selanjutnya, sudut pandang berganti menjadi sudut pandang ketiga berbagai tokoh. Dengan demikian, pembaca dapat memahami alur cerita dan persepsi berbagai karakter sehingga tidak ada figuran yang menimbulkan kesan "numpang lewat".

Suasana "jadoel" yang dihidupkan Ratih Kumala pun cukup terasa oleh diksi, interaksi para tokoh, dan tentu saja transformasi kretek yang dulunya tingwe alias linting sendiri menjadi kemasan pabrik. Hal yang kurang di buku ini hanya penggambaran tempat tinggal kediaman dan pakaian para tokoh sebagai penegasan cerita, tetapi pembaca cukuplah bisa mengira-ngira.

Selain itu, ada dua hal yang membuat saya mengerutkan dahi. Pertama, terjemahan untuk percakapan dalam bahasa Jawa diletakkan di akhir bab dan bukan dalam bentuk catatan kaki. Saya menebak hal ini dimaksudkan agar kenikmatan membaca tidak menganggu. Akan tetapi, bagi yang tidak bisa berbahasa Jawa (seperti saya), hal tersebut malah merepotkan. Setiap kali saya menemukan percakapan yang tidak saya mengerti, saya perlu mencari keterangan tentang bab sekian di halaman akhir sehingga perlu bolak-balik menandai halaman tertentu.

Kedua, ketika sudah dekat akhir cerita, rasanya seperti film action: agak ngebut dan grasak-grusuk. Hal ini cukup disayangkan karena pace cerita yang tadinya terjaga dengan rapi menjadi sedikit kacau. Rasanya seperti menonton film bagus yang mengalami pemotongan adegan karena waktunya terbatas.

Tetapi gak apa deh, ada bonus ilustrasi merek-merek kretek yang muncul di buku ini! Cakep sekali.





3. 5 butterflies
Hasilnya, 3.5 bintang! Recommended, tapi kemungkinan enggak baca ulang di waktu dekat.

 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...