Rabu, 03 Juli 2013

Review Buku: The Fault in Our Stars - Salahkan Bintang-Bintang oleh John Green

Judul: The Fault in Our Stars - Salahkan Bintang-Bintang
Pengarang: John Green
Tanggal Terbit: Desember 2012
Penerbit: Qanita
Goodreads

Ringkasan dari Goodreads:
Mengidap kanker pada umur 16 tahun pastilah terasa sebagai nasib sial, seolah bintang-bintang serta takdirlah yang patut disalahkan. Itulah yang dialami oleh Hazel Grace. Sudah begitu, ibunya terus memaksanya bergabung dengan kelompok penyemangat penderita kanker. Padahal, Hazel malas sekali.

Tapi, kelompok itu toh tak buruk-buruk amat. Di sana ada pasien bernama Augustus Waters. Cowok cakep, pintar, yang naksir Hazel dan menawarinya pergi ke Amsterdam untuk bertemu penulis pujaannya. Bersama Augustus, Hazel mendapatkan pengalaman yang sangat menarik dan tak terlupakan.

Tetap saja, rasa nyeri selalu menuntut untuk dirasakan, seperti halnya kepedihan. Bisakah Augustus dan Hazel tetap optimistis menghadapi penyakit mereka, meskipun waktu yang mereka miliki semakin sedikit setiap harinya?

Novel ini membawa kita ke dunia para karakternya, yang sanggup menghadapi kesulitan dengan humor-humor dan kecerdasan. Di balik semua itu, terdapat renungan mengenai berharganya hidup dan bagaimana kita harus melewatinya.



 
The Fault in Our Stars adalah salah satu buku favorit saya di tahun 2012, karena itu saya sangat gembira ketika Qanita memutuskan menerjemahkan buku ini. Satu-satunya hal yang mengecewakan bagi saya adalah cover buku yang sangat kekanak-kanakan. Cover buku yaitu seorang gadis berambut panjang dengan anjing yang menatap bintang terasa sangat random, karena: 1. Hazel yang menderita kanker tidak mungkin punya rambut panjang, duh! 2. tidak ada anjing dalam cerita, dan 3. tidak ada stargazing moment dalam cerita.

Terlepas dari cover edisi Indonesia yang sangat random, saya sangat menyukai The Fault in Our Stars. Kisah cinta Hazel Grace dan Augustus Waters sangat indah, brilian, dan dipastikan akan membuat siapapun yang memiliki hati menangis membacanya. Buku ini begitu luar biasa dan yang saya inginkan ketika selesai membacanya hanyalah memeluk buku ini untuk kira-kira, yah, tiga jam. Tiga jam yang panjang dan berminggu-minggu meditasi untuk menenangkan diri saya dan membuat saya sadar bahwa dunia masih berputar seperti biasa. Maaf, jadi sedikit hiperbola.

The Fault in Our Stars - Salahkan Bintang-Bintang dimulai dengan Hazel Grace, sang tokoh utama yang menderita kanker thyroid. Ketika Hazel bertemu dengan Augustus di kelompok penyemangat penderita kanker, seketika muncul ketertarikan instan di antara mereka. Salah satu hal favorit saya di buku ini adalah ceritanya berjalan mau ke depan tanpa satu pun momen flashback. Seakan-akan hidup Hazel dimulai persis ketika ia bertemu Augustus. Dan saya percaya bahwa hal yang sama juga dialami Augustus. Sangat berbeda namun begitu mirip, saya sangat menyukai interaksi antara Hazel dan Augustus. Sangat menarik melihat betapa sinis Hazel terkadang, dan betapa ceria Augustus selalu. Mereka jelas-jelas ditakdirkan bersama, dan tanpa menyadarinya, saya sudah terlalu terikat dengan karakter-karakter di buku ini.

Peristiwa-peristiwa di buku ini, seperti ketika Hazel dan Augustus pergi ke Belanda, bertemu penulis favorit Hazel (Peter Van Houten, oh how much I hate you), maupun ketika Augustus mengalami momen breakdown, ditulis dengan sangat apik dan membongkar lebih banyak lagi lapisan dalam diri karakter-karakter di buku ini. Ini adalah buku yang sangat romantis, dan bahkan John Green sendiri mengakui bahwa The Fault in Our Stars adalah buku paling romantis yang pernah ia tulis. Hazel dan Augustus adalah pasangan yang indah, dan berdua mereka seakan melengkapi satu sama lain.

Pada akhirnya, satu-satunya yang bisa saya katakan hanyalah: BACA BUKU INI. The Fault in Our Stars memberikan definisi baru pada ‘fiksi tentang karakter yang menderita kanker’ bagi saya. The Fault in Our Stars bukan hanya berisi cerita sedih, namun juga filosofi hidup, persahabatan, dan cinta sekali seumur hidup. Ini adalah buku yang akan selalu saya ingat.






5 butterflies!
Salah satu buku terbaik yang pernah saya baca. LOVE it.

 


Review Komik: Moon's Fever oleh OZAKI Ira

Judul: Moon's Fever
Pengarang: OZAKI Ira
Tanggal Terbit: Juni 2013
Penerbit: M&C! Comics
Baka-Updates

Ringkasan dari cover buku:
Kumi mengalami kecelakaan setelah bertengkar dengan Takatori, kekasihnya. Saat sadar, di sisinya berdiri keluarga dan kekasihnya yang mencemaskannya. Namun, Kumi yang keras kepala spontan berpura-pura tidak ingat pada Takatori. Akibatnya, ia dikira mengalami amnesia! Kumi terjebak, tak bisa bilang kalau ia sebenarnya bohong. Apa yang akan Kumi lakukan?! Bagaimana kelanjutan kisah cintanya dengan sang kekasih?!





Moon’s Fever berisi empat oneshots karya OZAKI Ira, yaitu Pure Love Percentage, Moon’s Fever, One-Way Navigation, dan Love in July. Cerita Moon’s Fever, meskipun memiliki ide cerita yang sangat menarik, namun dalam karakterisasi menurut saya kurang digali. Jalan cerita sedikit membosankan karena setting ‘amnesia parsial’ yang dialami tokoh utama hanya terjadi di rumah sakit. Moon’s Fever yang merupakan judul utama dalam manga ini malah menjadi cerita yang paling ‘biasa’ menurut saya.

Pure Love Percentage menceritakan tentang gadis yang menumpang tinggal di tempat adik kelasnya karena kesepian setelah putus cinta. Cerita ini dan cerita ketiga, One-Way Navigation, memiliki tokoh-tokoh yang sudah kuliah. Mungkin karena itu cerita terasa lebih dewasa dan karakterisasi tokoh lebih tergali. One Way Navigation berkisah tentang pertemanan unik antara dua mahasiswa baru yang mengikat pertemanan melalui keinginan mereka untuk berbuat jail. One Way Navigation adalah cerita yang sangat realistis dan menjadi cerita favorit saya di komik ini. Cerita keempat di buku ini, Love in July, adalah cerita yang sangat manis dan sesuai dengan setting cerita di SMA. Pertemuan yang dialami kedua tokoh utama tersebut sangat menarik.

Secara keseluruhan, Moon’s Fever adalah kumpulan oneshots yang menurut saya pantas dibaca. Cerita-cerita karya OZAKI Ira memiliki humor segar dan twists yang akan menarik bagi pembaca yang bosan dengan komik shoujo yang itu-itu saja. Hal yang mengganggu saya ketika membaca komik tersebut malah catatan penerjemah (translator notes) yang memberikan definisi kata-kata seperti daifuku, ineyarou, dan tadaima dalam bahasa Inggris. Menurut saya catatan dalam bahasa Inggris itu akan lebih baik apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Namun terlepas dari itu, Moon’s Fever adalah pilihan yang tepat bagi penggemar komik yang ingin membaca komik shoujo yang berbeda dari shoujo biasa.





3.5 butterflies
Kumpulan shoujo oneshots yang cukup unik dan beda dari biasa.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...