Judul: Catalyst (Katalis)
Pengarang: Laurie Halse Anderson
Tanggal terbit: Januari 2011
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Goodreads
Dari Goodreads:
Kate Malone: pintar,
mendapat nilai A untuk semua mata pelajaran, anak perempuan pendeta, dan
pelari jarak jauh. Ia mampu mengatur hidupnya dengan baik dan
menghabiskan waktu mengurus keluarganya sementara, pada saat yang sama,
mencoba diterima di universitas impiannya, MIT. Ia sering berlari pada
malam hari untuk melupakan masalah. Berlari jauh dan cepat melegakan
kepalanya.
Kate menghabiskan waktu di sekolah dengan teman-teman
dan pacarnya, Mitch, sambil menunggu surat datang dari MIT. Ketika
akhirnya surat itu datang, dunia teratur Kate hancur berantakan karena
MIT memutuskan ia belum bisa bergabung dengan universitas ternama itu.
Dunianya bertambah rumit ketika ayahnya memutuskan membantu musuh masa
kecilnya, Terry Litch, ketika rumah keluarga Litch terbakar. Mampukah
Kate kembali ke hidup normal sebelum ia jadi gila?

Catalyst (Katalis) adalah buku yang berkesan untuk saya bahkan sebelum saya membacanya. Pertama, ini adalah karangan Laurie Halse Anderson. Hilda’s excited!
Saya belum pernah membaca buku karangan Anderson, tapi saya sudah
banyak mendengar puji-pujian akan buku karangan penulis tersohor di
kalangan pencinta >realistic Young Adult tersebut. Kedua, buku ini saya beli dalam trip
berdua bersama teman kuliah ke Bandung. Buku ini saya beli di Palasari,
dan kebayang dong betapa senangnya saya mengunjungi area pencinta buku
yang terkenal itu. :)
Catalyst sendiri kisahnya cukup
sederhana. Tentang Kate Malone, seorang anak pendeta yang selama ini
hidupnya selalu mengikuti garis lurus yang ditetapkannya sendiri. Lulus
SMA dengan penghargaan, kuliah di MIT, dan menyelamatkan dunia dengan
penemuan jeniusnya. Sayangnya, rencana Kate melenceng karena dirinya
tidak diterima kuliah di MIT. Belum lagi tiba-tiba musuh masa kecilnya
harus menginvasi ruang pribadi Kate dengan tinggal bersamanya karena
kebakaran rumah. Apakah Kate mampu memperbaiki semuanya sebelum ia
kehilangan kendali?
Pertama kali saya membaca Catalyst, saya sudah mengharapkan akan membaca kisah yang muram dan sedikit depressing. And boy, was I true. Catalyst adalah buku dengan jalan cerita yang intens dan depressing.
Yang membuat saya mampu menyelesaikan buku itu dalam waktu beberapa jam
adalah gaya penulisan sang penulis yang indah. Anderson mampu
menjelaskan cerita tanpa memberitahu secara langsung kepada pembaca. Showing, not telling. Science tidbits di beberapa bagian buku juga memberi detil yang saya sukai.
Akan tetapi, sayangnya selain gaya penulisan, sulit menemukan hal lain yang saya apresiasi dari Catalyst.
Meski sang penulis menampilkan banyak konflik di sepanjang cerita, akan
tetapi saya tidak merasa satupun konflik tersebut terselesaikan di
bagian akhir. Tidak ada perkembangan pada diri sang tokoh utama, Kate.
Hal lain yang mengganggu saya adalah karena saya tidak pernah secara
khusus emotionally attached ke satupun karakter. Ketika sesuatu
yang sangat, sangat buruk terjadi di tengah cerita sekalipun, hal itu
tidak benar-benar mengguncang perasaan saya sebagai pembaca.
Meski Catalyst
adalah buku yang berkesan untuk saya karena dua hal yang saya sebutkan
di bagian awal, sayang sekali ceritanya sendiri tidak berkesan. Walau
saya menyukai gaya penulisan Anderson yang mendetil dan mampu
membangkitkan imajinasi, saya kecewa dengan kisah yang lebih terasa
seperti konflik-konflik-konflik tanpa resolusi ini. Mungkin
akan butuh waktu beberapa lama sebelum saya memiliki keinginan untuk
membaca karya lain dari sang penulis Catalyst.


2 butterflies!
Not recommended, but kudos for the engaging writing!