Kamis, 01 Mei 2014

Review Buku: Catalyst (Katalis) oleh Laurie Halse Anderson

Judul: Catalyst (Katalis)
Pengarang: Laurie Halse Anderson
Tanggal terbit: Januari 2011
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Goodreads


Dari Goodreads:
Kate Malone: pintar, mendapat nilai A untuk semua mata pelajaran, anak perempuan pendeta, dan pelari jarak jauh. Ia mampu mengatur hidupnya dengan baik dan menghabiskan waktu mengurus keluarganya sementara, pada saat yang sama, mencoba diterima di universitas impiannya, MIT. Ia sering berlari pada malam hari untuk melupakan masalah. Berlari jauh dan cepat melegakan kepalanya.

Kate menghabiskan waktu di sekolah dengan teman-teman dan pacarnya, Mitch, sambil menunggu surat datang dari MIT. Ketika akhirnya surat itu datang, dunia teratur Kate hancur berantakan karena MIT memutuskan ia belum bisa bergabung dengan universitas ternama itu. Dunianya bertambah rumit ketika ayahnya memutuskan membantu musuh masa kecilnya, Terry Litch, ketika rumah keluarga Litch terbakar. Mampukah Kate kembali ke hidup normal sebelum ia jadi gila?







Catalyst (Katalis) adalah buku yang berkesan untuk saya bahkan sebelum saya membacanya. Pertama, ini adalah karangan Laurie Halse Anderson. Hilda’s excited! Saya belum pernah membaca buku karangan Anderson, tapi saya sudah banyak mendengar puji-pujian akan buku karangan penulis tersohor di kalangan pencinta >realistic Young Adult tersebut. Kedua, buku ini saya beli dalam trip berdua bersama teman kuliah ke Bandung. Buku ini saya beli di Palasari, dan kebayang dong betapa senangnya saya mengunjungi area pencinta buku yang terkenal itu. :)

Catalyst sendiri kisahnya cukup sederhana. Tentang Kate Malone, seorang anak pendeta yang selama ini hidupnya selalu mengikuti garis lurus yang ditetapkannya sendiri. Lulus SMA dengan penghargaan, kuliah di MIT, dan menyelamatkan dunia dengan penemuan jeniusnya. Sayangnya, rencana Kate melenceng karena dirinya tidak diterima kuliah di MIT. Belum lagi tiba-tiba musuh masa kecilnya harus menginvasi ruang pribadi Kate dengan tinggal bersamanya karena kebakaran rumah. Apakah Kate mampu memperbaiki semuanya sebelum ia kehilangan kendali?

Pertama kali saya membaca Catalyst, saya sudah mengharapkan akan membaca kisah yang muram dan sedikit depressing. And boy, was I true. Catalyst adalah buku dengan jalan cerita yang intens dan depressing. Yang membuat saya mampu menyelesaikan buku itu dalam waktu beberapa jam adalah gaya penulisan sang penulis yang indah. Anderson mampu menjelaskan cerita tanpa memberitahu secara langsung kepada pembaca. Showing, not telling. Science tidbits di beberapa bagian buku juga memberi detil yang saya sukai.

Akan tetapi, sayangnya selain gaya penulisan, sulit menemukan hal lain yang saya apresiasi dari Catalyst. Meski sang penulis menampilkan banyak konflik di sepanjang cerita, akan tetapi saya tidak merasa satupun konflik tersebut terselesaikan di bagian akhir. Tidak ada perkembangan pada diri sang tokoh utama, Kate. Hal lain yang mengganggu saya adalah karena saya tidak pernah secara khusus emotionally attached ke satupun karakter. Ketika sesuatu yang sangat, sangat buruk terjadi di tengah cerita sekalipun, hal itu tidak benar-benar mengguncang perasaan saya sebagai pembaca.

Meski Catalyst adalah buku yang berkesan untuk saya karena dua hal yang saya sebutkan di bagian awal, sayang sekali ceritanya sendiri tidak berkesan. Walau saya menyukai gaya penulisan Anderson yang mendetil dan mampu membangkitkan imajinasi, saya kecewa dengan kisah yang lebih terasa seperti konflik-konflik-konflik tanpa resolusi ini. Mungkin akan butuh waktu beberapa lama sebelum saya memiliki keinginan untuk membaca karya lain dari sang penulis Catalyst.





 2 butterflies!
Not recommended, but kudos for the engaging writing!


1 komentar:

We love reading comments from our readers, so please leave us your thoughts! Kami akan selalu membalas komentar kamu di blog ini dan juga mengunjungi balik blog kamu. :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...